Bagaimana tidak, penonton yang hadir dibawa mendayu-dayu oleh suara dari pria bernama asli Mohammad Istiqamah Djamad itu. 'Di Ujung Malam' pun menjadi lagu pembuka oleh Payung Teduh.
"Luar biasa, tetap menjaga profesionalisme panitia Kulfest 2017. Terima kasih buat Kulfest. Sangat senang jadi bagian acara ini. Semoga yang datang juga menikmati. Jangan salahkan hujan karena kita tidak dapat menahannya. Kami nggak ada setlist malam ini, mau lagu apa?," tutur Is bertanya di Bendungan Kahyangan, Kulon Progon Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (24/11/2017) malam.
'Rahasia' dan 'Menuju Senja' menjadi permintaan selanjutnya bagi para penonton. Tak disangka, Gerimis pun semakin deras di lokasi.
"Enak ya hujan-hujan, hehe. Seru sekali, udah lama nggak main lumpur kan? Ada yang udah lima tahun nggak main lumpur? kaya gini rasanya kalau kita dihimpit di dalam tanah," kata sang vokalis mengajak penonton berkomunikasi.
|
Tak hanya itu, dalam kondisi hujan dan penuh lumpur di lokasi pun mengingatkan Is akan awal bermulanya Payung Teduh tumbuh. Ia sedikit bernostalgia di atas panggung.
"Kalau nggak di atas panggung kami juga nggak akan pakai boots. Semua lagu Payung Teduh tumbuh dan lahir dari situasi seperti ini. Saya lahir dan tumbuh di daerah Soppeng lima jam dari Makassar. Jadi nggak ada ekspresi berlebihan dari kami. Sangat senang berada di sini," bebernya.
'Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan' dan 'Angin Pujaan Hati' pun dimainkan. Namun, ada satu lagu baru yang dibawakan Is yaitu 'Di antara Pepohonan'.
"Lagu ini belum pernah dibawakan di panggung," kata Is.
'Biarkan', 'Berdua Saja' dan 'Kita Adalah Sisa-Sisa Keikhlasan Yang Tak Diikhlaskan' lanjut dimainkan. Sampai akhirnya, lagu yang menjadi fenomenal di tahun 2017 ini 'Akad' menjadi penutup penampilan Payung Tedung di Kulfest 2017.
"Terima kasih untuk kebersamaan malam ini. Lagu terakhir 'Akad', Assalamualaikum," tutup Is.
(hnh/wes)
Photo Gallery
0 Response to "Hujan dan Lumpur Buat Payung Teduh Nostalgia di Kulfest 2017"
Posting Komentar