Banyak dari kita yang menjadikan musik sebagai teman di segala kesempatan, dalam perjalanan, saat bekerja, dan lain sebagainya. Alasan itu yang membuat musik bisa menjadi sarana yang efektif dalam menularkan sebuah ideologi, salah satunya patriarki.
Menurut penulis yang aktif menyuarakan isu perempuan, Trinzi Mulamawitri, musik, lewat liriknya, sebenarnya memiliki pengaruh yang besar. Efeknya tidak langsung, akan tetapi karena diputar berulang kali, akhirnya hal tersebut bisa menjadi sesuatu yang dipercaya kebenarannya.
"Sangat (besar efeknya) sih ya sebenernya. Musik dangdut, contohnya, di Indonesia. Itu kan banyak banget lirik-lirik yang perempuannya ditinggalin, terus suaminya selingkuh. Ada yang tentang objektifikasi perempuan juga," ungkapnya dihubungi melalui sambungan telepon oleh detikHOT, Kamis (23/11/2017).
Trinzi juga mengungkapkan hal tersebut sebagai hal yang samar dan tidak terlihat. Itu yang membuat pendengar musik tidak bisa langsung menyadari adanya persoalan tersebut di dalam lirik.
"Bentuknya samar gitu ya kesannya. Misalnya dalam lirik 'Cucak Rowo' (lagu yang dipopularkan oleh Didi Kempot), kaya gitu lah. Itu kan sangat simbolis kemudian disembunyikan dengan cara seperti itu," jelasnya.
"Kalau misalnya itu diulang-ulang terus, istilahnya repetitif, sesuatu yang diulang-ulang, kemudian disukai, kan nantinya orang jadi percaya. Misalnya lagu jaman dulu liriknya, 'Wanita dijajah pria' (lirik lagu 'Sabda Alam' ciptaan Ismail Marzuki). Itu kan terkenal sekali," sambungnya.
Tidak hanya di Indonesia, menurut Trinzi, hal serupa juga terjadi di industri musik di negara lain. Sebagai contohnya, ia menyebutkan hal serupa terjadi di skena musik rap Amerika Serikat.
Menurutnya, ada banyak lagu-lagu rap dengan lirik yang menjadikan perempuan sebagai objek. Tak hanya itu, lirik lagu rap tersebut juga merujuk dan membedakan perempuan dalam dua jenis.
"Betapa dunia rap di Amerika memang mengobjektifikasi perempuan. Membedakan perempuan sebagai, ini perempuan baik-baik yang bisa dibawa ketemu ibunya dengan perempuan yang 'nakal', istilahnya. Ya secara dari lirik seperti itu," urainya.
Trinzi memaparkan ia pernah berbagi pandangannya dengan Yacko mengenai hal tersebut. Dari hasil obrolannya, stereotipe tersebut kemudian berpengaruh besar terhadap perempuan yang terjun ke industri musik rap tersebut.
"Akhirnya implikasinya kan terhadap perempuan itu sendiri, kepada perempuan rapper ya. Dan akhirnya jarang, susah ya, untuk bisa survive di situ," terangnya lagi.
(srs/nu2)
Photo Gallery
0 Response to "Lirik Lagu Jadi Media Efektif dalam Melanggengkan Patriarki"
Posting Komentar