DJ dan Karya yang Tak Terdengar

Jakarta - Musik elektro, apapun jenisnya, mulai dari EDM, tekno, trance, dan lain sebagainya tengah naik daun. Pekerjaan DJ pun kian digandrungi.

Bukan hanya sejumlah DJ baru yang bermunculan, tapi juga ini mereka kerap menjadi penutup dalam sejumlah festival musik.

Sebuah festival rave party berskala besar bernama Djakarta Warehouse Project yang telah digelar sejak 2008 menjadi penanda majunya musik elektro dan dance.


Festival yang tahun ini akan menginjak tahun penyelenggaraan yang ke-9 itu selalu ramai dipadati oleh penonton.

Di luar negeri, lagu-lagu dari para pelaku musik elektronik ini begitu laris dan puncak di berbagai tangga lagu. Tengok saja The Chainsmokers dan sejumlah lagu andalannya yang begitu terkenal, mulai dari 'Don't Let Me Down' hingga 'Closer'.

Adapula Martin Garrix yang popular dengan lagu 'In the Name of Love' dan 'Scared to be Lonely'. Jangan pula lupakan sejumlah nama lainnya mulai dari Calvin Harris hingga Steve Aoki, semua lagunya begitu terkenal.

Sayangnya, hal serupa tidak terjadi di Indonesia. Meski musik elektro dan dance makin marak terjadi di sini, tapi sejumlah DJ dan pelaku musik elektro masih betah membawakan lagu-lagu asing.

Dalam penampilannya, kebanyakan mereka me-remix lagu-lagu yang sudah ada. Baru di akhir penampilan mereka membawakan lagu sendiri.

Porsi dari lagu karya sendiri yang dibawakan pun tidak lebih banyak daripada lagu-lagu dari musisi luar negeri yang telah di-remix.

DJ dan Karya yang Tak Terdengar Foto: Ilustrasi Musik Elektronik (Getty Images)
Lantas, apa yang membuat hal tersebut bisa terjadi? Kenapa nama-nama dari para DJ justru lebih terkenal dari lagu-lagu mereka? Apa kesulitan yang dialami para DJ sehingga masih betah membawakan lagu-lagu musisi luar negeri ketimbang membawakan lagu sendiri?

detikHOT mencoba membahasnya satu hari ini. Nantikan beritanya hanya di detikHOT!
(srs/dar)

Photo Gallery

0 Response to "DJ dan Karya yang Tak Terdengar"

Posting Komentar