"Saya ingat rasanya merasa tidak berguna. Saya saat itu belum memiliki lagu hits atau bebunyian yang bisa diterima dalam jumlah banyak. Saya ingat rasanya berpikir, mungkin aku harus mencoba sesuatu yang lain?" tulisnya dalam sebuah keterangan foto di akun Instagram-nya.
Sebelum album debutnya 'Ctrl' dirilis, SZA malah pernah menuliskan keinginannya untuk keluar dari dunia musik melalui akun Twitter-nya. Tetapi nasib justru menunjukan kebalikannya, debutnya tersebut sukses mendapatkan apresiasi positif dari para kritikus musik.
Berbeda dengan musisi pendatang baru lainnya yang masih berusia belia, SZA berada di usia yang cukup matang, yakni 27 tahun. Tidak memulai karier bermusik sejak kecil, perjalannanya baru dimulai ketika ia berusia 22 tahun.
Bisa dibilang ia lahir di keluarga yang beragam. Ibunya adalah pemeluk agama Katolik dan bekerja sebagai pegawai komunikasi, sedangkan ayahnya adalah seorang muslim yang bekerja sebagai produser televisi.
Meski lahir di Missouri, namun saat berusia 10 tahun, ia sekeluarga pindah ke Maplewood, New Jersey.
Musik bagi SZA ketika ia memulainya adalah pelarian dari pekerjaannya sebagai bartender dan asisten sales di Sephora. Pada 2011, saat ia bekerja dalam sebuah perusahaan pakaian di New York, ia bertemu dengan presiden Top Dawg Entertainment, Terrence Henderson.
Di situlah petualangan baru SZA di dunia musik dimulai. Ia kemudian merilis tiga mini album, 'See.SZA.Run' (2012), 'S' (2013), dan 'Z' (2014).
Kini ia mengantongi lima nominasi Grammy Awards 2018. Nominasi tersebut diraihnya dalam kategori Best New Artist, Best R&B Performance untuk 'The Weekend', Best R&B Song untuk 'Supermodel', Best Urban Contemporary Album untuk 'Ctrl', Best Rap/Sung Performance untuk 'Love Galore' yang ia bawakan bersama Travis Scott.
Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, SZA bercerita mengenai album 'Ctrl' yang sukses melambungkan namanya itu. Menurutnya, album tersebut terinspirasi dari stereotipe yang ditempelkan pada perempuan berkulit hitam dan keinginannya untuk memperoleh tempat."Saya tidak pernah malu untuk menjadi lantang, saya kerap beradu argumen dengan pria-pria yang mengatakan saya nakal dan tidak seperti perempuan. Banyak perempuan bernyanyi rap dan orang-orang mengatakan, 'Kamu terlalu lantang dan tidak terurus', tapi saya pikir itu indah," katanya.
Dalam sejumlah lagu di albumnya, SZA juga bicara mengenai cinta dan birahi. Ia menjadikannya sebagai karya seni dalam musik-musiknya. Hal serupa juga dilakukan sejumlah musisi perempuan lainnya, misalnya Rihanna atau Cardi B.
Di video klip 'The Weekend' dan 'Supermodel', SZA tampil menggoda kamera tanpa terasa seperti ia tengah menjadi objek.
"Saya pikir seksualitas menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan karena perempuan dilarang untuk membicarakannya -- namun kini perempuan tidak lagi menunggu untuk bisa mengungkapkannya," ujarnya.
"Saya pikir musik itu jujur dan membuat orang-orang melakukan hal-hal jujur," ungkapnya.
SZA memang selalu berupaya untuk jujur dalam bermusik. Ia membuat musik dari apa yang benar-benar ia rasakan.
Namun ada fakta lucu mengenai SZA. Dari segala buah pikirnya tersebut, ia mengaku terbentuk oleh pengaruh dari film-film yang dimainkan oleh Drew Barrymore. Film favoritnya adalah 'Never Been Kissed' dan 'Poison Ivy'.
Akankah SZA memenangkan Grammy Awards 2018? Jawabannya bisa didapatkan pada malam penganugerahan yang digelar pada 28 Januari 2018 mendatang.
0 Response to "SZA: Hampir Menyerah Pada Musik, Borong Nominasi Grammy"
Posting Komentar