Ketiganya berkenalan saat sama-sama duduk di bangku SMA. Para personel RAN mengaku mereka awalnya tidak menyangka karier bermusik mereka bisa berjalan hingga sejauh saat ini.
Maka itu mereka merasa bersyukur karena hingga kini musik mereka terbilang cair dan dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Di sela-sela pembukaan kedai kopi Titik Temu yang bertempat di M Bloc, Jakarta Selatan, personel RAN mengenang kembali perjalanan mereka di belantika musik yang sebenarnya dimulai tanpa ekspektasi dan hanya berlandaskan pada kegemaran mereka pada musik."Memang dari awal kami nge-band berdasarkan pada passion dan kecintaan kami terhadap musik, kami nggak pernah memproyeksikan kami akan bikin album segala macam, kami memang ngumpul untuk bikin lagu karena memang suka banget aja bikin lagu," buka Asta.
Foto: Dyah Paramita Saraswati
|
Mereka dari awal sepakat untuk bersama-sama menyebarkan pikiran positif lewat lagu-lagu mereka. Meski terdengar sederhana, namun menurut Nino, justru tujuan sederhana itu yang akhirnya membawa mereka ke banyak tempat.
"Mungkin itu terjadi karena RAN bermusik bukan karena ada agenda, kami nggak pernah berniat bermusik untuk bermain di satu tempat, tapi karena itu kami jadi nothing to loose, akhirnya kami jadi free spirit," jelas Nino.
Nino bercerita, bersama RAN, ia bisa tampil dari panggung ke panggung yang tak terduga, mulai dari pentas seni sekolah, acara musik di televisi, hingga panggung sekelas Asian Games yang bertempat di stadion.
"RAN tuh bermusik bukan untuk sesuatu, ya mungkin sesuatunya ada, tapi kami tidak mengotak-kotakan musik kita untuk siapapun," jelas Nino.
Walau tujuan awal bermusik mereka adalah menyebarkan pikiran positif lewat musik, bukan berarti mereka tidak pernah memiliki kekhawatiran.
Rayi mengungkapkan, kekhawatiran sempat menghinggapinya tatkala ia tengah berada dalam proses pembuatan karya. "Sempat ada pikiran, bikin apa lagi ya, apakah lagu ini puncak (karier) kami, apakah puncak kami sudah lewat, apakah bisa memproduksi sebuah lagu yang lebih bagus dari sebelumnya," cerita Rayi.
"Itu secara berkala sering keluar, tapi sejujurnya, dalam bermusik tuh, kami nggak pernah bisa punya kontrol akan hasilnya, yang kami punya kuasa penuh itu di usahanya. Jadi kami sebagai musisi ya terus berusaha saja," sambung Rayi,
Berbeda dengan Rayi, Asta justru sempat nyaris menyerah di awal karier karena bingung bagaimana menyelaraskan studi dengan bekerja sebagai pemusik.
"Gue sempat hampir menyerah karena gue harus kuliah keluar negeri dan gue harus fokus di situ. Tapi akhirnya karena kecintaan gue terhadap musik, gue nggak nyerah dan memilih terus," kisah Asta.
Lambat laun, pilihannya untuk terjun ke musik justru mendapat dukungan dari keluarga. "Akhirnya memilih, terus dikasih restu juga sama orang tua," ungkapnya.
Meski menemui sejumlah keraguan, akan tetapi tujuan mereka untuk menyebarkan pemikiran positif akhirnya membuat mereka terus melaju. Hal itu dikemukakan oleh Nino.
"Memang dari awal sudah sepakat bahwa RAN image-nya positif, jadi kami dilatih untuk mengambil sisi baik dari segala hal buruk yang terjadi," terangnya.
Seiring berjalannya waktu, Nino merasa menjadi pribadi yang lebih baik karena RAN. Dari filosofi yang dianut RAn itu, Nino belajar memaknai hidupnya dengan selalu berpikir baik.
"RAN ngajarin gue untuk selalu positif, jadi kalau pun memang ada masalah, nggak pernah di rasain," ujarnya.
Simak Video "Sah! Asta 'RAN' Resmi Mempersunting Nurul Aziza"
[Gambas:Video 20detik]
(srs/kmb)
Photo Gallery
0 Response to "RAN Menyebarkan Pikiran Positif Lewat Musik"
Posting Komentar