Nasib Radio Nasional di Putaran Zaman

Jakarta - Kabar yang cukup mengejutkan datang dari Norwegia di awal 2017. Negara tersebut mengumumkan mematikan siaran radio FM mereka.

Saat keputusan tersebut dibuat, 66 persen radio FM di negara tersebut sudah mati. Hanya 17 persen yang masih beruntung dapat bertahan. Sisanya, masih belum memutuskan bagaimana nasib mereka.

"Kami adalah negara pertama yang mematikan siaran radio FM tapi sejumlah negara akan melakukan hal yang sama," ungkap Head of Digital Radio Norway, Ole Jorgen Torvmark dikutip dari The Guardian pada saat itu.

Lantas, bila radio di sejumlah negara Benua Eropa sana tengah menghadapi sangkakalanya, bagaimana dengan nasib radio di Indonesia?

Menurut penyiar radio senior, Stenny Agustaf, radio saat ini tengah menghadapi tantangan apa yang ia sebut sebagai 'tantangan kreatif'. Menurutnya, radio saat ini telah menjadi lebih dari sekadar media penyampai berita dan pemutar musik.

"Dari sisi ekonomi, radio ini sebenarnya lagi dapet tantangan. Artinya gini, ada namanya Radio Expenditure. Jumlah pembelanjaan iklan dari radio advitiser tahun lalu itu 4,5 persen, lalu turun 3 persen, lalu turun 1 persen. Tantangannya cukup besar," kata Stenny Agustaf ketika dihubungi melalui sambungan telepon oleh detikHOT, Senin (11/9/2017).

Meski demikian, Stenny melihatnya dari sudut pandang yang optimis. Baginya, tidak perlu mengeluh soal keadaan radio kini, yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara menyikapinya agar dapat bertahan.

"Salah satunya dengan memanfaatkan media sosial, misalnya. Mungkin ada orang yang tadinya nggak denger radio, sekarang jadi denger karena dia aktif di media sosial. Radio sekarang juga harus memperkuat platform digital," ungkap pria yang kini bersiaran di Delta FM.

Menurutnya lagi, kini radio-radio yang tergabung dalam Persatuan Radio Swasta Niaga Indonesia tengah bersama-sama mengampanyekan mendengarkan radio kembali.

Belum Ditinggalkan Pendengar

Optimisme serupa juga diungkapkan oleh Music Director Jak 101 FM, Ilham Fahri Utama. Baginya, sebenarnya pendengar radio masih banyak.

"Para pelaku industri radio juga berlomba-lomba bikin konten yang menarik, ada training penyiar, perombakan segala macem, itu kan artinya industri radio masih ada," jelasnya.

Penyiar radio senior yang kini siaran di 964 FM Bandung, Farhan, juga meyakini, masih banyak orang yang mendapatkan informasi dari radio. Ia mengungkapkan, jumlah pendengar radio bahkan masih lebih tinggi dibandingkan pembaca koran cetak.

"Secara bisnis masih bagus karena 38 persen orang Indonesia masih dengerin radio, jauh di atas orang baca koran. Hanya beda 2 persen dari akses terhadap internet," kata Farhan.

"Jadi 90 persen orang Indonesia itu mendapatkan informasi dari nonton televisi, 58 persen dari media outdoor, billboard misalnya, 40 persen dari internet, dan 38 persen itu dari radio. Jadi masih punya nilai yang sangat tinggi," tambahnya.
(srs/tia)

Related Posts :

0 Response to "Nasib Radio Nasional di Putaran Zaman"

Posting Komentar