Alasan Radio Masih Bertahan di Indonesia

Jakarta - Pasang surutnya kondisi radio rupanya tak lantas membuat radio kehilangan magnetnya. Nyatanya, radio masih didengarkan banyak orang hingga kini.

Dari segi musik, meski pun cara orang mendengarkan musik sudah jauh berubah, menurut Music Director Jak 101 FM, Ilham Fahri Utama, radio tetap bisa menjadi salah satu pilihan bagi pecinta musik.

Baginya, radio menyajikan playlist yang terseleksi. Hal ini adalah keunggulan radio jika dibandingkan dengan mendengarkan musik lewat aplikasi streaming yang tengah marak.

Bila di aplikasi streaming pendengar memilih sendiri sesuai seleranya, radio menawarkan lagu-lagu lainnya yang di luar selera dan bisa saja menambah perpustakaan musik pendengarnya.

"Radio kan selalu mencoba memutarkan lagu-lagu yang bagus pas buat kalian, tanpa kalian harus bikin playlist sendiri, bisa dibilang kita meng-compile lagu yang cocok didengerin ketika pendengar lagi macet-macetan, ketika lagi santai di rumah atau segala macem," kata Ilham.

Bukan cuma dari segi musik, keunggulan dari radio juga terletak pada adanya penyiar yang menemani pendengarnya. Stenny Agustaf juga mengatakan, informasi yang diberitakan dalam radio tentunya telah bisa divalidasi dan bertanggung jawab.

"Ada pendengar yang butuh denger info perjalanan, butuh dengerin berita update, kalau di radio kan mereka bisa sambil nyetir kan bisa, sambil masak kan bisa. Radio masih menjadi sumber informasi penting terpercaya akurat dan tidak ada hoax karena radionya jelas," ungkap Stenny.

Umur Panjang Radio di Indonesia

Tak hanya faktor-faktor yang telah disebutkan di atas yang membuat radio dapat bertahan. Di Jakarta, kondisi lalu lintas kota menjadi salah satu faktor berpengaruh mengapa radio tetap menjadi pilihan.

Kemacetan di pagi hari saat jam berangkat kerja adalah salah satu faktornya. Menurut Stenny, program pagi yang menemani para pegawai berangkat kerja masih selalu jadi program andalan dari radio.

"Hadirnya radio itu kan sebenernya ada, ini yg naifnya aja ya. Radio ada karena ada macet. Mayoritas pendengar kita pagi hari yang mana Morning Show itu kan kurang lebih 70 persen, lokomotif dari radio tersebut," ujar Stenny.

"Pendengar volume terbanyak di pagi hari, dengan adanya macet, radio itu masih punya peranlah. Orang kan mendengarkannya dari headset atau dari radio mobil kalau di Jakarta," sambungnya.

"Masa depan radio sih sebenarnya masih ada jika jalanan Jakarta masih macet, selagi masih macet, orang-orang selalu butuh radio. Karena fungsinya radio, penyiar segala macem kan menemani," tambah Ilham yang berpendapat serupa.

Jika Ilham dan Stenny menyoroti pola pendengar radio di Jakarta, Farhan melihatnya dengan cakupan yang lebih luas. Usia panjang radio, diyakininya terjadi karena keterjangkauan.

"Menurut saya radio merupakan salah satu media yang bisa menjangkau ke seleruh pelosok Indonesia dengan murah karena infrastrukturnya udah nyampe semua," jelas Farhan.

Farhan mengatakan di beberapa desa pelosok Indonesia yang belum terjangkau oleh internet, radio masih menjadi sumber informasi utama yang akurat.

Meski ketiganya sama-sama yakin usia radio di Indonesia masih akan panjang, ketiganya setuju agar jangan sampai terlena oleh kondisi saat ini.

"Radio sekarang itu, secara regulasi harus bisa dibawa terbuka untuk mengikuti kondisi yang ada. Mesti buru-buru diwujudkan, karena kalau nggak, radio akan keasyikan sama dirinya sendiri dan nggak maju-maju," Farhan menuturkan harapannya.
(srs/tia)

Related Posts :

0 Response to "Alasan Radio Masih Bertahan di Indonesia"

Posting Komentar