3 Hari Merayakan Keberagaman Musik Indonesia di Synchronize Fest 2017

Jakarta - Tahun ini, festival musik multi-genre Synchronize Fest telah menginjak tahun keduanya. Diadakan selama tiga hari berturut-turut pada 6,7, dan 8 Oktober 2017, acara ini kembali diadakan di Gambir Expo, Kemayoran, layakanya tahun sebelumnya.

Dari awal, merayakan keberagaman telah menjadi DNA dari penyelenggaraan festival ini. Synchronize Fest memberi ruang pada berbagai warna musik untuk bisa saling bertemu dan berdialog satu sama lain.

Warna musik yang berbeda tersebut 'dikawinkan' dalam lima panggung dengan konsep yang berbeda-beda, Dynamic Stage, Lake Stage, Forest Stage, Distirct Stage, dan Gigs Stage.

Berbagai nama menarik hadir di Synchronize Fest, mulai dari Rocket Rockers, Revange the Fate, Piston, Dialog Dini Hari, Morfem, Efek Rumah Kaca, Tipe-X, Superman is Dead, Tohpati Bertiga, Melancholic Bitch, Burgerkill, Ebiet G Ade, Om Pengantar Minum Racun, The Brandals, Kla Project, Naif, Glenn Fredly, hingga Slank.


Daftar pengisi acara yang banyak dan beragam tersebut tidak hanya bisa menghibur dan mengobati kerinduan para penggemar, tapi juga menambah luas cakupan selera dan perpustakaan musik dengan nama-nama baru dari genre yang berbeda dari yang biasanya didengarkan.

Tidak hanya menampilkan musik, Synchronize Fest menyuguhkan workshop seni di Ruru Shop, live mural dan graffiti, pemutaran film pendek dan panjang, hingga tempat untuk berbelanja rilisan fisik, merchandise, dan produk-produk lainnya.

Bahkan di hari pertama, Jumat (6/10), pada panggung District Stage Synchronize Fest 2017 diselenggarakan Paralympic Ceremony yang dihadiri oleh Jusuf Kalla, Puan Maharani, Imam Nahrawi, dan Raja Sapta Oktohari.

Hari Pertama

Di hari pertama, sajian musik di Synchronize Fest 2017 dimulai pukul 18.30 WIB, tepat setelah break Maghrib. Pembukanya cukup menarik, ada Keroncong Tugu Cafrinho di Dynamic Stage. Grup musik yang dipimpin oleh Guido Quiko ini adalah para penggawa musik keroncong dari Kampung Tugu.

Sambil tampil membawakan sejumlah lagu, misalnya 'Malam Minggu', 'Gang Kelinci' atau 'Dayung Sampan', seseorang yang berada di bawah panggung membagikan cakram padat Keroncong Tugu Cafrinho secara cuma-cuma kepada beberapa penonton.

Voice of BaceprotVoice of Baceprot Foto: Asep Syaifullah
Sedangkan di panggung District Stage, tiga orang siswi SMK asal Garut, mengenakan hijab, tampil membawakan musik metal, melawan stigma gender yang melekat bahwa musik cadas hanya milik pria.

Hidangan musik selanjutnya tak kalah seru. Navicula dengan lagu-lagu kritiknya menjadi santapan makan malam yang bergizi bagi pecinta musik di panggung Dynamic Stage.

Di panggung Gigs Stage, Adrian Yunan, bassis Efek Rumah Kaca yang kini juga bersolo karir tampil membawakan sejumlah lagu dari albumnya, 'Sintas'. Ia juga mengungkapkan harapan bagi teman-teman tunanetranya, "Gue merasa beberapa orang sebenarnya bermaksud baik, tapi ternyata kalau dikasihanin kontraproduktif. Kami, tuna netra, sebenarnya cuma butuh akses. Karena semangat dan jiwanya, mereka juga pasti bisa sukses."


Bagi yang ingin beromantis ria, pilihannya bisa menyaksikan Mocca di District Stage atau Hivi! di Lake Stage.

Sedangkan di panggung Forest Stage, Shadow Puppets Meets Bob Tutupoly tengah membawa penonton naik mesin waktu dengan membawakan sejumlah tembang kenangan, mulai dari 'Siapa Dia', 'Kopral Jono', 'Nurlela', dan lain-lain.

Menjelang akhir acara di hari pertama, Efek Rumah Kaca menyapa penggemarnya di District Stage. Cholil Mahmud sang vokalis tak bisa hadir malam itu, namun Efek Rumah Kaca justru mendatangkan empat vokalis untuk bernyanyi bersama yang memberikan ruh lain pada lagu-lagu mereka.

Keempat vokalis tersebut adalah Ade Paloh dari Sore, Arina dari Mocca, Iga Massardi dari Barasuara, dan Robbi dari Navicula.

Efek Rumah KacaEfek Rumah Kaca Foto: Efek Rumah Kaca (Asep/detikHOT)
Di Gigs Stage, Oomleo Berkaraoke membawakan suasana layaknya pesta di rumah. Pilihan lagu yang dibawakan, misalnya 'A Message to You Rudy' dari The Specials, membuat pengunjung tak lantas merasa lelah berpesta.

Hari Kedua

Malam minggu, Synchronize Fest 2017 tampak lebih ramai dibandingkan hari pertama.

Penampilan di sore hari pada hari kedua cukup beragam. Jika pengunjung ingin bersantai diiringi musik folk, pilihannya bisa jatuh kepada Float, Jason Ranti, Bin Idris, atau Adhitya Sofyan. Tapi jika lebih ingin berdansa, pengunjung dapat memilih untuk menonton Indische Party di District Stage.

Yang menarik untuk disimak pada sore hari adalah penampilan Hello Dangdut di panggung Dynamic Stage. Penonton hari kedua Synchronize Fest 2017 yang menonton penampilan mereka menjadi saksi bagaimana musik dangdut yang kerap dianggap sebagai musik rakyat kini naik kelas.

Camela Trio, Andy '/rif', dan Erie Suzan membawakan sejumlah lagu dangdut, misalnya 'Terajana', 'Pandangan Pertama', 'Judi', dan 'Hello Dangdut', dalam proyek yang digagas oleh Ali Akbar ini.


Jelang malam, Ebiet G Ade naik ke atas panggung District Stage. Ebiet G Ade tampil minimalis dengan gitarnya mengenakan kemaja berwarna abu-abu. Meski minimalis, justru suara dan petikan gitarnya yang menjadi keunggulan dari penampilannya.

Lagu 'Jakarta I' membuka penampilan Ebiet G Ade, dilanjukan dengan sejumlah lagu, sebut saja 'Camelia' atau 'Titip Rindu Buat Ayah'. Ketika Ebiet G Ade sedang asyik bernyanyi, tiba-tiba Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, datang.

Joko WidodoJoko Widodo Foto: Asep Syaifullah
Berdiri di sekitar wilayah FOH, Jokowi tampak menikmati penampilan Ebiet G Ade dan ikut bernyanyi bersama. Sejumlah penonton pun bergerak mendekat ke tempat dimana Jokowi berdiri. Para penonton mencoba berswafoto, bersalaman, atau sekedar megabadikan momen tersebut.

Setelah menonton Ebiet G Ade, ditemani oleh ketua Bekraf, Triawan Munaf, Jokowi berpindah panggung ke Lake Stage dan menonton penampilan Deadsquad.

Tampaknya Jokowi memang menaruh perhatian besar terhadap industri kreatif, musik salah satunya. Pasalnya, Agustus lalu, ia juga hadir dalam We The Fest 2017.

Selepas Jokowi meninggalkan area konser, Synchronize Fest 2017 masih berlanjut. Di panggung Forest Stage, tampil Melancholic Bitch. Grup musik asal Yogyakarta ini manggung membawakan sejumlah lagu baru dari album 'NKKBS Bagian Pertama', termasuk 'Bioskop, Pisau Lipat' yang menjadi single.

Aski Melancholic Bitch ditutup dengan lagu 'Mars Penyembah Berhala' dari album 'Balada Joni dan Susi'. Layaknya menyanyikan lagu mars, penonton tampak bergelora sambil mengepalkan tangan ke udara.

Bagi pecinta musik hiphop, berbagai kolektif hiphop dari generasi dan daerah yang berbeda pun tampil di hari kedua, mulai dari Underground Bizniz Club, Pesta Rap Reunion, Jogja Hiphop Foundation, hingga ONAR.

Dari divisi musik reggae, Tony Q Rastafara tampil di Dynamic Stage pada malam hari. Di Lake Stage juga tampil Steven and Coconutreez yang sudah cukup lama vakum dari industri musik.


Orkes Moral Pengantar Minum Racun pun menjadi penutup yang tak kalah seru di panggung Dynamic Stage. Dengan lagu-lagu yang berlirik jenaka, OM PMR menghibur pengunjung Synchronize Fest 2017 hari kedua.

Hari Ketiga

Di hari ketiga sekaligus hari terakhir Synchronize Fest 2017, pengunjung yang datang terlihat dua hingga tiga kali lipat lebih ramai dibandingkan dua hari sebelumnya.

Hawa menjadi lebih panas dibandingkan dua hari sebelumnya, tetapi dengan jumlah penonton yang lebih banyak, energi yang ada pun terasa lebih besar.

Sedari siang, bendera Slank sudah terpampang di depan pintu masuk. Hal tersebut dikarenakan Slank akan tampil sebagai puncak acara hari ini.

Suguhan musik hari itu dibuka dengan Indra Lesmana Keytar Trio di panggung Lake Stage dan Mondo Gascaro di panggung District Stage. Hari dilanjutkan dengan penampilan dari Sisitipsi, Danilla, Agrikultur, Endah N Rhesa, Silampukau, The Trees and the Wild, The Upstairs, Koil dan lain-lain.


Sore hari panggung Lake Stage kedatangan Club 80's yang membawakan 'Dari Hati', 'Cinta dan Luka', 'I Love You', 'Gejolak Kawula Muda', dan lain-lain. Di sampingnya, pada Dynamic Stage, tampil Kahitna membawakan lagu-lagu balada cintanya, mulai dari 'Soulmate', 'Mantan Terindah', hingga 'Cantik'.

Semakin malam, penonton tampak semakin membludak. Panggung-panggung tampak penuh bahkan penonton yang datang melebihi kapasitas, terlihat dari sejumlah penonton yang menonton dari sudut-sudut di dekat panggung.

NaifNaif Foto: Hanif Hawari
Panggung Dynamic Stage dibuat penuh sesak oleh Naif. Membawakan 'Piknik 72', 'Nyali', hingga 'Dimana Aku di Sini', Naif berhasil membuat penonton bernyanyi di sepanjang penampilan.

Ada yang loncat dan bergoyang mengikuti irama lagu, ada yang berdiri diam sambil melipat tangan di dada, ada yang terduduk di pinggiran dengan wajah kelelahan, tapi tak ada yang diam. Semua bernyanyi di sepanjang pertunjukan.


Di hari terakhir, Slank tampil di puncak acara. Grup musik legendaris itu memang membawakan beberapa lagu baru, tapi selebihnya banyak lagu-lagu lama yang dibawakan.

Lagu-lagu misalnya 'Poppies Lane Memory', 'Terbunuh Sepi', 'Preman Urban', 'Maafkan', 'Bimbim Jangan Menangis' dan lagu-lagu lainnya dibawakan oleh mereka di atas panggung Dynamic Stage.

Suasana semakin menyenangkan ketika lagu 'Terlalu Manis', 'Terlalu Pahit', hingga 'Ku Tak Bisa' dibawakan. Nyaris seluruh penonton bernyanyi sambil mengangkat tangan ke udara.

"Thank you sudah mau stay di Synchronize Fest, ini penghargaan terbesar melebihi award-award apapun adalah kalian mau nunggu sampai semalem ini untuk Slank," tutur Kaka.

SlankSlank Foto: Asep Syaifullah
Lagu 'Kamu Harus Pulang' dan 'Nge-Slank Rame-rame' menjadi penutup yang sempurna dari segala rangkaian penampilan semalam.

Jika dapat dirangkum, Synchronize Fest 2017 telah berhasil mengajak musisi-musisi Indonesia, dari genre apapun, untuk naik kelas bersama-sama. Rasanya tak berlebihan jika kita harapkan, Synchronize Fest masih bisa ada hingga tahun-tahun berikutnya.


(srs/dar)

0 Response to "3 Hari Merayakan Keberagaman Musik Indonesia di Synchronize Fest 2017"

Posting Komentar