Akhir Cerita Sang Pelantun Sajak Ari Malibu

Jakarta -

"Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau takkan kurelakan sendiri"

Pada sebuah sore di bulan Oktober 2016, di panggung Gigs Stage di Synchronize Fest tahun itu, musikalisasi puisi 'Pada Suatu Hari Nanti' yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono itu dinyanyikan oleh Ari Malibu dan Reda Gaudiamo yang terbangung dalam sebuah duo folk bernama AriReda. Selama ini, AriReda memang dikenal dengan musikalisasi puisinya.

Salah satu yang paling terkenal adalah musikalisasi puisi dari karya Sapardi Djoko Damono, mulai dari 'Aku Ingin', 'Hujan Bulan Juni', hingga 'Di Restoran'.

"Kalau untuk (musikalisasi) puisi, akhirnya gitu, kami nggak bisa berhenti, dan insya Allah akan teruslah," ungkap Ari Malibu sebuah wawancara dengan detikHOT yang terjadi di bulan Februari 2017 silam.

Semangat Ari Malibu, bersama Reda Gaudiamo, dalam melanjutkan musikalisasi puisi memang tak main-main. Ari membuktikan, hingga akhir hayatnya, ia masih melakukan hal yang dicintainya itu.

Meski dalam wawancara tersebut keduanya mengaku kerap berbeda pedapat selama puluhan tahun bermusik bersama, namun dalam hal puisi, keduanya sepakat bahwa sastra tak seharusnya menjadi konsumsi kaum tertentu. Sastra haruslah menjadi sesuatu yang bisa dinikmati seluas-luasnya masyarakat dan musikalisasi puisi adalah salah satu jalannya.

Pertemuan Ari dengan Reda, yang kemudian menjadi teman duetnya dalam melagukan puisi hingga ia menutup mata itu, terjadi di kampus Universitas Indonesia. Saat itu keduanya dipertemukan oleh Ferrasta Soebardi atau Pepeng.

Ari yang bukan mahasiswa di kampus itu rupanya cukup nyaman bergaul dengan para mahasiswa di universitas tersebut karena memiliki minat yang sama dalam bidang musik.

Selain melagukan puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono, dalam duonya, Ari Malibu juga memusikalisasi puisi karya Goenawan Mohamad. Bahkan menjelang akhir hayatnya, ia telah menyelesaikan rekaman album berisikan musikalisasi puisi dari penyair Indonesia masa ke masa.

Bermusik sejak 1980-an, Ari Malibu tidak hanya tergabung dalam AriReda. Ia pernah menjadi personel Pahama Group. Musisi asal Makassar itu juga banyak terlibat dalam penggarapan lagu dan album berbagai penyanyi lainnya.

"Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati"

Mau tak mau, Ari yang bersikukuh tak ingin berhenti bermusik dan mendendangkan puisi pun harus mengalah. Langkahnya terhenti tepat di malam takbiran, Kamis (14/6/2018). Ari Malibu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Kramat 128, Jakarta Pusat.

Sebelum meninggal dunia, ia sempat berjuang melawat kanker kerongkongan yang diidapnya. Penyakit tersebut telah didiagnosis sejak November 2017. Kondisinya terus menurun.

Pada April 2018, Ari dilarikan ke rumah sakit karena mengalami dehidrasi. Serangan tersebut disebabkan oleh kesulitan mencerna makanan dan minuman akibat kanker di kerongkongannya.

"Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau takkan letih-letihnya kucari"

Meski kini perjalanan Ari Malibu harus selesai, barangkali, seperti halnya sajak karya Sapardi di atas, karya-karya yang selama ini dihasilkan oleh Ari Malibu merupakan 'siasat'-nya agar terus dikenang.

Selamat jalan, Ari Malibu. Berisitirahatlah dengan tenang.


(srs/ken)

0 Response to "Akhir Cerita Sang Pelantun Sajak Ari Malibu"

Posting Komentar