Anti Klimaks Mawar Putih

Setelah tidak ada lagi #GrammySoWhite, tahun ini juga muncul #GrammysSoMale. Hastag tersebut muncul beberapa jam usai ajang Grammy Awards 2018.

Sehari sebelum puncak acara, berita mengenai kampanye #MeToo dan #Time'sUp muncul. Grammy pun sepakat untuk memberi dukungan dengan sebuah mawar putih yang bakal dibawa oleh para pengisi acara. Kampanye itu berhasil secara kasat mata.

Namun sehari setelah acara digelar, muncul anggapan Grammy sexist karena hanya ada satu wanita yang meraih piala. Ia adalah Alessia Cara sebagai Best New Artist, yang turut disiarkan dalam tayangan selama tiga setengah jam itu.

Total hanya 11 dari 84 Grammy yang diberikan tahun ini kepada wanita. Itu juga digarisbawahi sebagai kesenjangan gender yang lebih besar dalam prefensi Grammy.

Alessia CaraAlessia Cara Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Itu memang tidak lebih mengerikan daripada penjelasan Grammy. Presiden The Recording Academy, Neil Portnow berbicara tentang #GrammysSoMale, yang menekankan bahwa sejauh ini para musisi wanita memang tidak berhasil menerobos atau ia mengatakan untuk 'melangkah' lebih jauh.

"Wanita yang punya kreativitas dalam hati dan jiwa mereka, ingin jadi musisi, ingin jadi engineer, produser dan ingin jadi bagian dari industri di tingkat eksekutif. Mereka perlu melangkah karena saya pikir mereka akan disambut baik," katanya.

"Memang, Mr Portnow, jika Anda berpikir terserah wanita saja untuk memadamkan seksisme di industri musik, Anda pasti tak akan melakukannya," begitu kicau kritikus musik, Jessica Hopper membalas komentar tersebut.

Apa yang ingin Portnow lakukan adalah untuk menghargai keberanian para musisi seperti Kesha yang telah maju menghadapi ketidakadilan dan pelanggaran terhadap wanita. Tapi semua yang terjadi ini memperlihatkan ketidaktahuan sistemik, apalagi produser Grammy, Ken Ehrlich menyebut bahwa alasan #GrammysSoMale muncul karena kurangnya kinerja sosok Lorde, yang kalah bersaing di kategori, Album of the Year.

"Saya tak tahu apakah itu sebuah kesalahan. Pertunjukan ini adalah soal pilihan. Kami punya sebuah kotak dan penuh, dia punya album hebat. Tak mungkin kita benar-benar menangani semua orang," tutur Ehrlich.

Miley CyrusMiley Cyrus Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Dari tiga setengah jam live itu, ada kenyamanan yang muncul ketika melihat penampilan panjang band Sting. Bukan satu, tapi dua kali pertunjukan. Band lain adalah U2 yang juga tampil dua kali, padahal band asal Irlandia itu pernah memicu kengerian dari para musisi setelah merilis secara gratis albumnya di iTunes.

Jangan lupa juga, para wanita di Grammy kemarin memperlihatkan penampilan terbaik mereka meski dalam waktu yang singkat, termasuk penampilan Kesha yang begitu emosional. Lady Gaga juga meneriakan Time's Up dalam penampilannya.

Terakhir adalah Camila Cabello yang bercerita mengenai imigran Kuba-Meksiko, lalu menyatakan dukungannya untuk sebuah mimpi. Para wanita itu pintar berbicara saat mereka punya kesempatan.

Majalah Vogue bahkan menulis, kali ini Grammy sangat buruk di tengah kampanye #MeToo. Namun mereka sangat menerima karena ini adalah kelompok berkulit sama yang tak percaya bahwa 'Lemonade' dari Beyonce adalah album terbaik 2016. Sementara dalam kategori sama, tahun ini mereka memilih Bruno Mars ketimbang rapper jenius Kendrick Lamar.

Mereka juga menulis, Grammy telah lama memberikan cinta yang tak proporsional kepada pria dan orang kulit putih pada umumnya. #GrammysSoMale hanya contoh terbaru, tak hanya nuansa seksisme dan rasisme, tapi mungkin yang paling penting adalah ketidakrelevanannya.

0 Response to "Anti Klimaks Mawar Putih"

Posting Komentar